Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

STRES


Penelitian telah menemukan  beberapa faktor psikologi  yang memodifikasi dampak stres pada satu individu. Salahstu dari faktor-faktor tersebut adalah dukungan sosial-rasa nyaman,  perhatian, penghargaan,  bantuan yang diterima dari teman-teman atau group tertentu.
Ada 5 macam dukungan yang dasar, yitu : 1. Emosi 2. Penghargaan 3. Sesuatu yang nyata atau instrumental 4. Informasi 5. Jaringan(hubungan)
Dukungan sosial timbul untuk mengurangi pengalaman stres dan pada umumnya dapat meningkatkan kesehatan. Dukungan ini bisa menurunkan angka kematian kemungkinan terjadinya Sakit .keuntungan ini diliahat menjadi dua bentuk :
1.      Dukungan sosial dapat mencegah efek negatif  yang  muncul dari perlawana rasa stres yang tinggi
2.      Dukungansosial mampu meningkatkan kesehatan dan lepas dari tingkat stres kepada dorongan gaya hidup sehat

Psikologi  yang mengubah rasa stres  adalah suatu rasa yang mengontrol diri seseorang terhadap  kejadian-kejadian dalam kehidupan mereka. Pesonal control (control pribdi) meliputi kepercayaan locus(tempat ) kontrol seorang- yaitu, apakah berasal dari dalam atau dari dalam diri seseorang- dan efisiensi diri.

Hardiness(ketabahan) juga merupkan  contoh lain daripsikologi modifair. Idividu-individu  yang  tabah memiliki rasa, comitmen, tantangan yang kuat. Mereka akan cenderung mengingat sehat ketika mereka berada dalam keadaan stres dibandingkan individu yang hanya memiliki sedikit rasa tabah / sabar.

Bentuk  lain dari psikologi modifier adalah kecendungan seorang terhadap tingkah laku yang lain, baik itu tingkah laku jenis A atau jenis B. Tingkah laku tipe A mempunyai tiga karakter, yaitu :
1.      Punya orientasi prestasi bersaing
2.      Menghargai waktu
3.      Pemarah atau jiwa permusuhan
Berbeda bengan tipe B, tipe A adalah individu yang cepat respon baik itu dalam psikologi ataupun keadaan stres mereka.

Stres mempengaruhi kesehatan dalam dua cara, yaitu :
                   I.            Stres dapat mempengaruhi kesehatan yang berkaitan dengan tingkah laku (behavior)contohnya yang mengkonsumsi rokok dan alkohol
                II.            Yang mempengaruhi perubahan pada fisik.  Contohnya ketika endokrin meleaskan katekolamin, dan kartikosteroid yang bias menyebabkan kerusakan pada hati dan  aliran darah  serta merusak sistem fungsional imun kita.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

COPING


Coping adalah proses dimana seseorang mencoba mengendalikan kenyataan atau perbedaan yang dirasakan antara suatu tuntutan dan cara mereka menilai keadaan stres. Mengatasi stres dengan cara melakukan hubungan dengan lingkungan yang tidak membutuhkan solusi dalam penyebab stres.
Coping sendiri mempunyai dua jenis fungsi, yaitu :
1.      Fungsi emosi
Berfokus mengatur respon emosi ketika stres. Penataan ini terjadi seiring dengan tingkah laku seseorang, contohnya mengkonsumsi alkohol, mencaridukungan sosial, melewati strategi kognitif seperti menolak suatu kenyataan. Coping emosi sering diandalkan ketika seseorang tidak lagi percaya bahwa mereka tidak bisa lagi menghadapi/mengatasi maslah mereka.
2.      Fungsi problem (masalah)
Berfokus untuk mengurangi rasa stres atau mnegembangkan sumber yang cocok seperti mempelajari kembali suatu hal yang baru. Coping problem cendrung digunakan saat mereka yakin bisa mengubah suatu kondisi.
Dilaporkan bahwa orang dewasa akan abanyak menggunakan coping problem ketika mereka dalam kondisi stres.
Orang-orang pun menggunakan berbagai metode / cara dalam mengatasi stres. Metode ini antara lain adlah :
a.      Direct action (aksi secara langsung)
b.      Seeking information (mencari informasi)
c.       Turning to others (beralih pada yang lain)
d.      Resigned acception (mengundurkan diri)
e.       Emotional charge (pelepasan emosi)
f.       Intrapsychic processes (proses intra psikis)
Beberapa metode ini cendrung untuk meningkatkan perhatian seorang terhadap masalah. Dan metode yang lain adalah menghindari masalah. Kenyataannya. Tak satupun seseorang yang memiliki metode coping terbaik dan tidak ada juga metode yang secara resmi  / terstruktur terlaksana efektif dalam menghadapi situasi stres berat.
Namun orang-orang bisa menghadapi /mengurangi rasa stres dengan beberapa cara, yaitu :
1.      Meningkatkan dukungan sosial, baik yang mereka berikan ataupun mereka dapatkan. Dengan cara bergabung dalam keagamaan, dan komunitas-komunitas khusus.
2.      Mereka bisa meningkatkan personal kontrol dan raasa tabah dengan cara memberi dan mendapatkan satu tanggung jawab.
3.      Mereka juga bisa mengurangi rasa sres mereka dengan menghabiskan waktu, dengan cara menata kehidupan dunia dengan lebih baik.
4.      Dengan latihan dan tetap semangat, mereka pun akan bisa menghasilkan pengalaman stres yang akan berdampak pada kesehatan.
5.      Yang terakhir, mereka akan bisamempersiap kan diri untuk menghadapi waktu-waktu stres berat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apakah itu Antropologi ?

Antropologi adalah Ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aspeknya. adapun ruang lingkup aspek kajian tersebut dalm garis besar adalah : 

  1. proses eksistensi dan pertumbuahn fisikmanusia ; asal kejadian, perkembangan, dan faktor yang mempengaruhinya.
  2. proses eksistensi dan perkembangan sosial manusia : kehidupan bersama sampai dengan organisi besar.
  3. proses eksistensi dan perkembangan kejiwaan : unsurnya,fungsinya, keabnormalannya.
  4. proses eksistensi dan pekembangan keberagaman manusia : kitab suci, ketuhanan, akhlak, ilmu pengetahuan dan keabadian.
  5. proses eksistensi dan  perkembangan kesenian manusia : jenisnya dan fungsinya
  6. proses eksistensi dan perkembangan Ilmu manusia : penambahan,engurangan dan inovasi
  7. proses eksistensi dan pengembangan teknologi manusia : tradisional,tepat guna, canggih,modern
  8. proses eksistensi dan perkrmbangan ekonomi manusia : berburu dan meramu, bercocok tanam, barter, marketing, komunikasi, gambar,internet.
  9. proses eksistensi dan perkembangan bahasa manusia :asal mula, penambahan dan pengurangan.
  10. proses eksistensi dan perkembangan lingkungan alam manusia : flora,fauna,benda, iklim/cuaca.


Sepuluh aspek Antropologi itu diteliti lagi lebih mengakaroleh ahli-ahli antropologi itu sendiri. Yaitu : apasaja potensiyang fenomenal ada pada diri warga masyarakat secara bersama-sama dalam pengembangan hidup mereka mengatasi berbagai upaya pemenuhan kebutuhan,serta mengatasi maslah yang timbul di masyarakat. 

   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Antropologi Kesehatan


Sejak berakhirnya perang Dunia II, antropologi sosial-budaya maupun antropologi biologi semakin meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas budaya mengenai sistem kesehatan, dan juga pada  faktor biokologi dan sosial-budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan serta timbulnya penyakit. Baik pada masa kini maupun di sepanjang sejarah kehidupan manusia.  Sebagian minat mereka terletak pada maslah teoritis. semata-mata didorong oleh rasa ingin tahu tentang perilaku kesehatan manusia dalammanifestasi yang seluas-luasnya. sebagian yang lain terletak pada masalah terapan, karena didorong oleh keyakinan bahwa dalam teknik-teknik  penelitian Antropologi , teori-teori maupun datanya dapat dan harus digunakan dalam program-programyang disusun dalam perawatan kesehatan dinegara-negara maju maupun di negara-negara berkembang.

Pada masa sekarang, para Ahli Antropologiyang mempunyai minat tersebut bekerja di Fakultas-fakultas Kedokteran,sekolah Perawat, dan bdang Kesehatan Masyrakat; di rumah-rumah sakit dan departemen-departemen Kesehatan serat jurusan-jurusan antropologi pada Universitas umum. mereka melakukan penelitian dengan topik seperti manusia, anatomi, pediatri, epidemiologi,kesehatan jiwa,penyalah gunaan obat, definisi mengenai sehat dan sakit, latihan petugas kesehtan,  birokrasimedis, pengataturan dan pelaksanaan rumah sakit,hubungna dokter-pasien, dan proses memperkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat-masyarakat yang semulanya hanya mengenal sistemkesehatan tradisional.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Model Multiple Etiologi dan Pendekatan Probabilistik


A.    Model Multiple Etiologi

[1]Telah banyak bukti empirik dan keyakinan teoritik bahwa pada umumnya penyakit memiliki Lebih dan satu penyebab, bukan bersifat tunggal. Faktor-faktor penyebab mi dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu :
1.          Faktor Predisposisi, seperti: umur, jenis kelamin, Riwayat penyakit terdahulu, dll.
2.          Faktor Pencetus, seperti: pemaparan oleh agen penyakit yang spesifik,
3.          Faktor Pendorong, seperti: paparan yang berulang, beban kerja yang berat,
4.          Faktor Pemberat, seperti: pendapatan rendah, status gizi, kondisi perumahan, dll.
Peran faktor-faktor penyebab dalam model kualitas majemuk dicontohkan pada penyakit TBC bersifat kumulatif, di mana keadaan yang mencukupi terjadinya TBC klinik hanya bisa diciptakan secara bersama-sama. jadi, masing-masing faktor merupakan necessary couse, tetapi tidak sufficient (keadaan yang dibutuhkan untuk terjadinya penyakit di sebut necessary condition sedangkan keadaan yang cukup membuat terjadinya penyakit di sebut sufficient condition).

B.     Pendekatan Probabilistik

Pendekatan Probabilitas merupakan pemberian ruang terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan baik kesalahan random maupun kesalahan sistematis yang dapat mempengaruhi hasil kausalitas dari factor kausal. Dalam pendekatan probabilitas digunakan pendekatan statistic untuk meyakinkan apakah terdapat hubungan yang valid antara factor penelitian dengan penyakit. Berdasarkan definisi kausalitas epidemiologi membedakan lima definisi kausa (weed, 2001) yaitu 1) produksi, 2) Necessary causa, 3) sufficient component causa, 4) kausa probabilistic, 5) counter factual.

1.                  Produksi adalah sesuatu yang menciptakan atau menghasilkan akibat.
2.                  Kausa dipandang sesuatu yang memproduksi hasil. Kausa diperlukan dan kausa mencukupi; Merupakan keadaaan yang mutlak diperlukan untuk terjadinya suatu akubat. Tanpa keadaan tersebut tidak dapat dihasilkan suatu akibat.
3.                  Kausa komponen mencukupi terdiri dari sejumlah komponen, tak satupun diantaranya secara dini mencukupi terjadinya suatu penyakit. Tetapi ketika semua komponen hadir maka berbentuklah suatu mekanisme kausal yang mencukupi.
4.                  Kausa probabilistic merupakan factor yang meningkatkan probabilitas terjadinya akibat. Menurut definisi probabilistic kejadian suatu penyakit pada seseorang dapat disebabkan karena kemungkinan (peluang). Definisi probalistik kausasi lebih inklusif dari pada definisi kausa komponen mencukupi sebab mampu menjelasakan konsep kausa yang diperlukan dan mencukupi.
5.                  Counter factual yaitu setiap orang berbeda antara satu dan lainnya dalam banyak hal. Skuen waktu memainkan peranan yang penting untuk terjadinya perubahan.


[1] Heru subaris dkk,2004,manajemen epidemiologi,Media presindo,Yogyakarta.Hal.12-13

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pure Deterministic Mode dan Modern Deterministic Model


A.    Pure Deterministic Model

Penyakit merupakan salah satu gangguan kehidupan manusia yang telah dikenal orang sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari yang maha pencipta. Hingga saat itu, masih banyak kelompok masyarakat di negara berkembang yang menganut konsep tersebut. Di lain pihak masih ada gangguan kesehatan/ penyakit yang belum jelas penyebabnya, maupun proses kejadiannya.
Pada tahap berikutnya, Hippocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori tidak dijelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam interaksi tersebut, serta tidak dijelaskan tentang faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
Pada kehidupan masyarakat Cina dikenal pula teori terjadinya penyakit yang timbul karena adanya gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia (teori humoral). Dalam teori ini dikatakan bahwa dalam tubuh manusia ada empat macam cairan, yakni cairan putih, kuning, merah, dan hitam. Bila terjadi gangguan keseimbangan tersebut, akan menimbulkan penyakit tertentu, (tergantung pada jenis cairan mana yang bersifat dominan).
Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya. Teori ini terutama pada abad pertengahan dan pada waktu itu lebih mengarah pada kebersihan lingkungan terhadap sisa-sisa peninggalan makhluk hidup. Contoh pengaruh teori tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang di kira karena sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa (malaria artinya daerah yang jelek) dan masih ada masyarakat yang tetap menganut teori tersebut.
Akhirnya pada abad-abad selanjutnya, terjadi perubahan yang cukup besar dalam konsep terjadinya penyakit, dengan didapatkannya mikroskop. Sehingga konsep penyebab penyakit beralih ke jasad renik. Perkembangan selanjutnya mengantar para ahli ke arah hormonal yang semakin berkembang. Pada saat itu, orang mulai optimis dalam menghadapi berbagai penyakit dengan antibiotika, sistem imunitas, dan lain sebagainya.

B.     Modern Deterministic Model

[1]Tiga model yang dikenal dewasa ini dan secara modern adalah segitiga Epidemiologi, jaring-jaring sebab akibat, dan roda. Model segitiga Epidemiologi, perubahan salah satu factor akan merubah keseimbangan yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit bersangkutan. Berbeda dengan model jarring sebab akibat, sesuatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses “sebab” dan “akibat”. Dengan demikian, timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Dan seperti model jarring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi berbagai factor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan/mengabaikan peran agen. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya lebih dipentingkan dalam model ini. Besar peranan factor lingkungan bergantung penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan lingkungan social lebih besar dari yang lain pada stress mental; peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lain ada penyakit dengan penularan melalui vector dan peranan genetic lebih besar dari yang lain pada penyakit keturunan.


[1] Sutrisna, Bambang. Pengantar Metode Epidemiologi hal 7-9. 2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Model Kausalitasi




            [1]Ada 9 kriteria kausalitas menurut Bradford Hill, antara lain:
1.      Kekuatan asosiasi     
Semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi, dan kekacauan).
Kekuatan asosiasi: ekses-ekses yang telah diketahui sebelumnya dari penyakit dan diasosiasikan dengan bukaan besaran dari rasio kejadian bukaan terhadap kejadian tidak ada bukaan seberapa kuatkah “kuat” itu? Perhatikan, contoh:
Resiko relatif
Arti”
1.1-1.3
Lemah
1.4-1.7
Agak kuat
1.8-3.0
Rata-rata
3-8
Kuat
8-16
Sangat kuat
16-40
Dramatis
40+
Tidak dapat ditangani

Asosiasi yang kuat tampak kurang menjadi hasil dari faktor-faktor etiologis lainnya dibanding dengan asosiasi yang lemah.
Misal: Telur, Merokok dan kanker paru-paru; Merokok dan CHD.

2.      Konsistens
Replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda. Asosiasi telah “diamati berulang kali oleh orang yang berbeda, tempat yang berbeda, keadaan dan waktu yang berbeda pula”. Konsistensi membantu dalam perlindungan dari munculnya kesalahan atau artefak. Tetapi hasil yang diobservasi dengan konsisten tidak langsung bebas dari bias, terutama dalam sejumlah kecil kajian, dan hasil dalam populasi yang berbeda akan sama sekali berbeda jika hubungan kausal dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya variabel-variabel pemodifikasi.

3.      Spesifisitas dari asosiasi
Ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin kuat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan peran dari setiap penyakit.
Hubungan antara bukaan dan penyakit adalah spesifik dalam beragam cara-penyakit spesifik terhubung dengan bukaan yang spesifik pula, tipe spesifik dari bukaan lebih efektif, dan seterusnya. Ada hubungan dekat antara spesifisitas dan kekuatan dimana didefinisikan lebih akurat untuk penyakit dan bukaan, akan semakin kuat resiko relatif yang diobservasi.
Misalnya: Schildkraut dan Thompson (Am J Epidemiol 1988; 128:456) mempertimbangkan bahwa pengumpulan familial yang mereka amati untuk kanker rahim tampaknya bukan karena bias informasi keluarga sebab dari spesifisitas hubungan dalam kontrol-kasus berbeda dalam sejarah keluarga (a) melibatkan penularan tetapi tidak merupakan batas penyakit dan (b) lebih besar kemungkinan untuk rahim dibanding untuk kanker.
Tetapi adanya fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap banyak penyakit bukan merupakan bukti yang menyanggah perannya dalam setiap penyakit. Sebagai contoh, rokok dapat menyebabkan banyak penyakit.

4.      Temporalitas
Kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek sementara diperkirakan.
Pertama adalah bukaan, kemudian penyakit. Terkadang sangat sulit untuk mendokumentasikan rangkaian, terutama jika ada tundaan yang panjang antara bukaan dan penyakit, penyakit subklinis, bukaan (misalnya perlakuan) yang membawa manifestasi awal dari penyakit.

5.      Tahapan biologis
Perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan model konseptual yang dihipotesakan. Verifikasi terhadap hubungan respon-dosis konsisten dengan model konseptual hipotesis. Harus memasukkan ambang batas dan efek penjenuhan, karakteristik bukaan.

6.      Masuk akal
Kami lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lubang kosong, tetapi akal sehat selalu saja membimbing kita.

7.      Koherensi
Bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren?. Apakah interpretasi kausal cocok dengan fakta yang diketahui dalam sejarah alam dan biologi dari penyakit, termasuk juga pengetahuan tentang distribusi dari bukaan dan penyakit (orang, tempat, waktu) dan hasil dari eksperimen laboratorium. Apakah semua “potongan telah cocok tempatnya”.

8.      Eksperimen
Demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin mengatakannya sangat diperlukan untuk menyimpulkan kausalitas.
Beberapa tipe desain kajian dapat memberikan bukti yang lebih meyakinkan dibanding desain kajian jenis lainnya. Kajian-kajian intervensi dapat menyediakan dukungan yang terkuat, terutama ketika bukaan dapat dilakukan secara acak. Karena tidak etis dan/atau tidak praktis untuk menentukan banyak bukaan sebagai kajian epidemiologis. Satu alternatif yang mungkin adalah dengan menghilangkan bukaan dan melihat apakah penyakit menurun, kecuali jika proses kausal dianggap tidak dapat lagi dibalikkan. Misalnya: pellagra, kudis, HDFP, LRC-CPPT, MRFIT.

9.      Analogi
Kami lebih siap lagi untuk menerima argumentasi-argumentasi yang menyerupai dengan yang kami dapatkan. Apakah pernah ada situasi yang serupa di masa lalu? (misalnya rubella, thalidomide selama kehamilan).
Pengecualian bagi temporalitas, tidak ada kriteria yang absolut, karena asosiasi kausal dapat sangat lemah, relatif non-spesifik, diobservasi tidak konsisten, dan dalam konflik dengan pengungkapan penmahaman biologis. Tetapi, setiap kriteria yang memperkuat jaminan kami dalam mencapai penilaian kausalitas.
Beberapa dari kriteria (misalnya, koherensi, tahapan biologis, spesifisitas, dan mungkin juga kekuatan) dapat dirumuskan dalam bentuk isu yang lebih umum dari konsistensi data yang diobservasi dengan model hipotesisasi etiologis (biasanya biologis). Sebagai contoh, tahapan biologis tidak harus monoton, seperti dalam kasus dosis radiasi tinggi yang mana akan mengarah kepada pembunuhan sel-sel dan karena itu menurunkan kemungkinan perkembangan tumor. Serupa dengan itu, spesifisitas dapat dipakai pada situasi-situasi tertentu tetapi tidak untuk situasi lain, tergantung pada proses patofisiologis yang dihipotesiskan.



[1] B. Hill, The Environment and causation, hal. 300

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS